Mental health
(Kesehatan mental) adalah aspek penting dalam perkembangan pelajar, yang sering
menghadapi tekanan akademik, sosial, dan keluarga. Psikologi positif menawarkan
pendekatan efektif untuk meningkatkan kesejahteraan melalui penguatan emosi
positif, kekuatan karakter, dan pencapaian hidup bermakna.
Seligman (2002) mendefinisikan psikologi positif
sebagai studi tentang pengalaman dan sifat positif yang memungkinkan kehidupan
yang baik. Fredrickson (2001) melalui Broaden-and-Build Theory
menjelaskan bahwa emosi positif, seperti kebahagiaan dan harapan, memperluas
pola pikir dan membangun sumber daya psikologis yang berkelanjutan. Selain itu,
konsep Character Strengths and Virtues oleh Peterson dan Seligman (2004)
menyoroti peran kekuatan karakter seperti optimisme dan ketahanan dalam
mendukung kesehatan mental.
Penelitian menunjukkan bahwa konseling berbasis
psikologi positif di sekolah dapat meningkatkan kesejahteraan pelajar,
memperkuat hubungan sosial, dan mengurangi perilaku negatif (Suldo &
Shaffer, 2008). Dengan pendekatan ini, pelajar dapat menghadapi tantangan
dengan lebih percaya diri dan optimis. Artikel ini membahas penerapan psikologi
positif dalam konseling untuk membangun kesehatan mental yang lebih kuat di
kalangan pelajar.
Psikologi
Positif dalam Hubungan Konseling
Peran psikologi positif dalam konseling
harus diperhatikan dari berbagai sisi diantaranya konselor, klien, permasalahan
dan hubungan dalam proses konseling. Hal ini bertujuan agar nilai-nilai yang
terkandung dalam psikologi positif dapat berperan secara baik selama terjadi
hubungan terapeutik dalam proses konseling.
Selanjutnya agar tujuan tersebut
dapat tercapai, maka perlu diperhatikan nilai-nilai yang dapat menunjukan keberhasilan
konseling, keberhasilan suatu proses konseling tidak lepas dari peran baik
konselor maupun klien yang dapat bekerja sama di dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapi klien. Oleh karena itu konselor dan klien diharapkan dapat
memiliki nilai-nilai yang terkandung dalam psikologi positif diantaranya emosi
yang sebaiknya dimiliki tidak hanya untuk klien akan tetapi konselor/terapi
juga hendak memiliki emosi positif dalam setiap proses yang dilakukannya (Dwinata,
S,& dkk. (2024)
Albert Ellis (2014), mengemukakan bahwa
kognisi juga berperan penting dalam memberikan kontribusi terhadap emosi dan tindakan,
emosi juga berperan penting berkontribusi atau menjadi sebab terhadap kognisi
dan tindakan, serta tindakan berkontribusi atau menjadi penyebab kognisi dan
emosi. Ketiga rana (kognisi, emosi, tindakan) saling terkait satu sama lain.
Reaksi emosi dapat secara akurat dan terkadang tidak akurat untuk di interprestasikan
apabila tidak memahami perkembangan individu, karena antara kognisi, emosi dan
motorik/tindakan merupakan suatu sistem yang berpengaruh secara timbal balik.
Peran
Mental Health dalam Perkembangan Pelajar
Sekolah berbasis pada Layanan mental health (kesehatan
mental) sangat menjanjikan untuk menjangkau pelajar yang membutuhkan melalui
keterlibatan guru. Pendidikan yang berkualitas dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti performa guru, materi ajar, murid, dan sarana prasarana. Faktor
performa guru merupakan salah satu faktor penting untuk mewujudkan pendidikan
yang berkualitas. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu terus mengembangkan
diri dan mendapatkan dukungan dari sekolah. Salah satu caranya adalah dengan
memiliki kemampuan mentoring. Maka peran sekolah menjadi penting untuk menjadi
penyaring sekaligus penyeimbang dan pembentuk mental pelajar melalui metode
pembelajaran guru mentor. Guru mentor adalah guru pelaksana yang dipilih menjadi
model atau contoh dalam praktek mengajar. Pelajar masih mengandalkan guru dalam
membimbing dan menuntunnya dalam proses pembelajaran dan pembentukan dirinya
menjadi lebih dewasa. Guru haruslah mampu menjadi mentor dan melakukan proses
mentoring (Gintari & dkk, 2023).
Mentoring berfokus pada pengembangan pola pikir atau
karakter positif mengenai karier, kehidupan pribadi, dan impian atau cita-cita
yang ingin dicapai. Tujuan utama mentoring adalah mendukung seseorang untuk
memaksimalkan potensi, mengembangkan karier, serta meningkatkan kinerja agar
mereka bisa menjadi orang yang lebih baik sesuai target yang ingin dicapai.
Guru mentor seharusnya memiliki kompetensi dan keterampilan mengelola dan
menunjukkan komitmen dalam proses belajar mengajar secara kolaboratif. (Gintari
& dkk, 2023).
Sadar Mental Health
Pelajar
Menurut Merdiaty & Febrieta,
(2023) Pentingnya mental health (kesehatan mental) menjadi hal yang
perlu diperhatikan. Karenanya, rendahnya Kesehatan mental akan berdampak bagi pelajar.
Gejala yang dapat terlihat jika pelajar memiliki Kesehatan mental yang rendah
diantaranya sebagai berikut :
1. Stres.
Stres adalah keadaan ketika seseorang mengalami tekanan yang sangat berat, baik
secara emosi maupun perasaan. Individu yang stres biasanya akan tampak gelisah,
cemas, sering marah-marah, menyendiri dan mudah tersinggung. Stres juga dapat
mengganggu konsentrasi, mengurangi motivasi, dan pada kasus tertentu, dapat
memicu depresi.
2. Cemas.
Kecemasan adalah kondisi psikologis ketika penderitanya mengalami rasa takut
dan ragu berlebihan secara konstan dan sulit dikendalikan, sehingga berdampak
buruk terhadap kehidupan sehari-hari. Bagi sebagian orang normal, rasa cemas
biasanya timbul pada suatu kejadian tertentu saja, misalnya saat akan
menghadapi ujian di sekolah atau wawancara kerja. Namun pada penderita gangguan
kecemasan, rasa cemas ini kerap timbul pada tiap situasi.
3. Depresi.
Depresi merupakan gangguan suasana hati yang menyebabkan penderitanya
terusmenerus merasa sedih. Berbeda dengan kesedihan biasa yang umumnya
berlangsung selama beberapa hari, perasaan sedih pada depresi bisa berlangsung
hingga berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
Faktor yang Memengaruhi
Mental Health Pelajar
Terdapat
beberapa faktor yang memengaruhi mental health (Kesehatan mental) pada pelajar
yaitu:
1. Perbedaan
status sosial. Seseorang yang memiliki strata sosial tinggi belum tentu
memiliki kondisi mental yang sehat begitu juga sebaliknya.
2. Kualitas
interaksi pergaulan. Kualitas interaksi sosial individu sangat mempengaruhi kesehatan
mentalnya. Seseorang bisa saling mencurahkan ide, perasaan dan perilaku.
3. Keluarga.
Keluarga merupakan lingkungan yang menentukan kepribadian dan kesehatan mental
anak. Hal ini dibentuk oleh pola asuh dan pola komunikasi yang diterapkan oleh
keluarga.
4. Sekolah.
Sekolah juga merupakan lingkungan yang turut memmengaruhi perkembangan
kesehatan mental seseorang.
Ciri
Pelajar dengan Gangguan Mental
Suatu yang wajar, jika setiap orang memiliki masalah
dan menimbulkan perubahan perilaku. Namun terkadang, tidak semua orang
mengetahui keadaan mereka normal dirasakan atau tidak (Rofiqi & Iksan,
(2023).Di bawah ini terdapat ciri pelajar yang memiliki gangguan mental ringan
dan berat.
Ciri-ciri
gangguan mental ringan :
1. Perubahan
perilaku.
2. Perubahan
mood yang cepat.
3. Penurunan
berat badan.
4. Ada
kecenderungan unntuk menyakiti diri sendiri.
5. Muncul
masalah Kesehatan
Ciri-ciri gangguan
mental berat :
1. Perubahan
pola tidur dan gangguan makan.
2. Perubahan
suasana hati secara cepat atau dramatis.
3. Penarikan
diri dari lingkungan sosial.
4. Merasa
terisolasi dari lingkungan luar.
5. Penurunan
konsentrasi dan kemampuan berpikir dan sering lupa.
Kesimpulan
Psikologi
positif merupakan pendekatan yang menekankan pengembangan kekuatan pribadi,
kebahagiaan, dan kesejahteraan individu. Dalam konteks konseling, pendekatan
ini dapat membantu pelajar mengatasi masalah mental dan emosional dengan fokus
pada penguatan potensi positif dalam diri mereka. Dengan menerapkan prinsip
psikologi positif, seperti optimisme, rasa syukur, dan ketahanan mental,
pelajar dapat mengembangkan sikap yang lebih positif terhadap diri sendiri dan
lingkungan. Hal ini berperan penting dalam membangun mental health (kesehatan
mental) yang lebih kuat dan memperbaiki kesejahteraan psikologis mereka.
Sebagai bagian dari proses konseling, psikologi positif tidak hanya membantu
pelajar untuk menghadapi tantangan hidup, tetapi juga memperkuat kemampuan
mereka untuk berkembang secara pribadi dan akademis.
DAFTAR
PUSTAKA
Dwinata, S., Asriana, K., &
dkk. (2024, Maret). Peran Psikologi dalam Membangun Kesehatan Mental Remaja
Desa Watugaluh Kabupaten Jombang. 05(1).
Fredrickson, B. L. (2001). The
role of positive emotions in positive psychology: The broaden-and-build theory
of positive emotions. American Psychologist, 56(3), 218-226.
Gintari, W. K., Jayanti, D. M. D., Laksmi,
I. G. A. P. S., Sintari, S. N. N. (2023). KESEHATAN MENTAL PADA REMAJA. 2(3).
Merdiaty, N., Febrieta, D. (2023). PENINGKATAN
KESEHATAN MENTAL SISWA DI SEKOLAH MELALUI PROGRAM MENTORING GURU. 4(6), 13573-13579.
Peterson, C., & Seligman, M. E.
P. (2004). Character Strengths and Virtues: A Handbook and Classification.
Oxford University Press.
Rofiqi., Iksan., Mansyur, M.
(2023). Melangkah Menuju Kesehatan Mental yang Optimal: Program Inovatif di
Lembaga Pendidikan Islam. 4(2).
Seligman, M. E. P. (2002). Authentic
Happiness: Using the New Positive Psychology to Realize Your Potential for
Lasting Fulfillment. Free Press.
Suldo, S. M., & Shaffer, E. J.
(2008). Looking beyond psychopathology: The dual-factor model of mental
health in youth. School Psychology Review, 37(1), 52-68.
Ellis, A. (2014). The Empirical
Status Of Rational Emotif Behavior Therapy (Rebt) Theory dan Practice Albert
Ellis Institute New York. New York.