Kamis, 29 Mei 2025

Mengapa Rapat Organisasi Anda Seperti Drama Tanpa Akhir ?

By Safrin Lamusrin, Yasrin A. Abas, & Umar Rahman



Dok. HMJ IHK-PPKn

    Mengapa Anda memiliki rapat organisasi yang terlihat seperti sinetron tanpa mengakhirinya ? Dimulai dengan banyak orang , berlanjut dengan berbagai argumen panjang , dan berakhir tanpa keputusan yang dibuat dengan jelas . Jika demikian halnya , maka banyak organisasi menghadapi masalah yang sama : rapat yang perlu menjadi topik diskusi dan pengambilan keputusan yang berubah menjadi perdebatan tentang panjang tanpa solusi . Bagaimana ini bisa terjadi ?

1. Terlalu Banyak Bicara, Sedikit Kesimpulan

        Salah satu alasan utama alasan Mengapa organisasi berakhir dengan dramatis adalah karena selalu ada banyak pertanyaan yang tidak dapat dijawab. organisasi akhirnya menjadi dramatis adalah bahwa selalu ada banyak pertanyaan yang tidak dapat dijawab. cara yang dramatis. mereka yang senang mengulang-ulang paragraf yang sudah ditulis, yang lain yang mengemukakan ide-ide baru yang tidak relevan, dan ada pula yang merasa harus menjelaskan keberadaan mereka dengan cara yang ringan. Ada adalah orang yang senang menggunakan poin yang sudah pernah dibahas, ada yang membuat komentar baru yang tidak relevan, dan orang-orang ituyang sekadar perlu menjelaskan keberadaannya dengan cara yang jelas dan ringkas. yang gemar menggunakan poin-poin yang sudah pernah dibahas, sebagian yang mengemukakan komentar-komentar baru yang tidak relevan, dan sebagian yang sekadar perlu menjelaskan keberadaannya dengan cara yang jelas dan ringkas Apa adalah hasilnya? hari ini seperti apa adanya, maka jangan heran jika organisasi Anda berada di tempat yang tepat. Waktu habis untuk diskusi tidak fokus, dan keputusan penting justru terabaikan. Jika semuanya tampak sepertinya, maka jangan heran jika organisasi Anda berjalan di tempat.

2. Tidak Ada Agenda yang Jelas

        Ibarat perjalanan tanpa peta tanpa agenda. Setiap seseorang harus berkumpul , berbicara, dan lalu bingung. Agenda yang tidak jelas akan menimbulkan diskusi tentang bagaimana cara melanjutkannya , dan pada akhirnya , tidak ada kesimpulan yang spesifik. diskusi tentang cara melanjutkan , dan pada akhirnya, tidak ada kesimpulan yang spesifik. Akan lebih baik jika semua orang memulai dengan agenda yang jelas dan fokus pada poin - poin yang disebutkan di atas. Akan lebih baik jika semua orang memulai dengan agenda yang jelas dan fokus pada poin -poin yang disebutkan di atas. Jauh lebih efisien dan tidak merusak!

3. Terlalu Banyak Orang, Terlalu Banyak Pendapat

        Semakin banyak pikiran kreatif, semakin banyak hal yang terjadi.  Ini bisa berfungsi dalam beberapa situasi, tetapi jika tidak dipantau, rapat dapat berubah menjadi perdebatan kusir. Banyak organisasi sering mengundang terlalu banyak orang untuk menghadiri rapat, termasuk orang-orang yang tidak perlu hadir.  Oleh karena itu, semua orang merasa perlu berbicara, dan pertemuan menjadi terlalu bertele-tele.  Meskipun demikian, beberapa orang tidak perlu terlibat dalam setiap keputusan kecil.

4. Tidak Ada Tindakan Setelah Rapat

    Ini adalah bagian yang paling terserap. Setelah berjam-jam berbicara, pertemuan itu akhirnya berakhir tanpa membuat keputusan yang jelas. Tidak ada yang benar-benar mengetahui siapa yang harus melakukan apa, kapan harus dilakukan, atau bagaimana tindakan selanjutnya akan dilakukan. Jika ini terus terjadi, rapat akan menjadi formalitas yang tidak produktif dan tidak produktif.

5. Ego dan Drama Personal

        Beberapa pertemuan berubah menjadi arena pertengkaran karena keangkuhan yang berlebihan. Ada yang ingin selalu didengar, ada yang tidak mau kalah, dan ada juga yang sengaja membuat suasana menjadi tidak menyenangkan dengan memasukkan masalah pribadi ke dalam percakapan. Tujuan dari rapat seharusnya adalah untuk bekerja sama, bukan untuk menunjukkan siapa yang paling cerdas atau paling berkuasa. Tidak mengherankan jika pertemuan berakhir dengan terjadi tanpa hasil jika kepentingan pribadi lebih penting daripada tujuan organisasi.

Bagaimana Cara Menghentikan Drama Ini?

Kalau Anda ingin rapat organisasi lebih efektif, coba terapkan beberapa langkah ini:

1.  Tetapkan agenda yang jelas sebelum rapat dimulai.

2. Batasi peserta rapat hanya kepada mereka yang benar-benar berkepentingan.

3. Tentukan batas waktu untuk setiap diskusi agar tidak berlarut-larut.

4. Dorong setiap peserta untuk langsung ke inti masalah, tanpa bertele-tele.

5. Pastikan ada keputusan konkret dan tindakan yang jelas setelah rapat.

Jika langkah-langkah ini diterapkan, rapat organisasi Anda tidak akan lagi seperti drama tanpa akhir. Sebaliknya, akan menjadi pertemuan yang efisien, penuh solusi, dan tentu saja tidak membuat lelah.

Jadi, apakah Anda siap mengubah cara rapat organisasi Anda?

PENDIDIKAN JANGAN JADIKAN KELINCI PERCOBAAN KURIKULUM

By Safrin Lamusrin 

    


Sumber Gambar :  https://www.trenopini.com/2021/01/kurikulum-sering-berubah-ke-mana-arah.html

Pendidikan adalah pilar utama kemajuan sebuah bangsa. Ia adalah fondasi yang menopang peradaban, mencetak generasi penerus yang cerdas, berkarakter, dan mampu menjawab tantangan zaman. Namun, sayangnya, dalam beberapa waktu terakhir, kita menyaksikan dinamika yang kurang menggembirakan dalam dunia pendidikan di negeri ini. Alih-alih menjadi ruang pengembangan potensi yang stabil dan terencana, pendidikan kita terkadang terasa seperti arena eksperimen yang terus berubah-ubah, menjadikan siswa dan guru sebagai "kelinci percobaan" dari kebijakan yang belum sepenuhnya teruji.

    Salah satu isu yang paling mencolok adalah frekuensi perubahan kurikulum. Dalam kurun waktu yang relatif singkat, kita telah beberapa kali mengalami pergantian kurikulum dengan berbagai justifikasi. Perubahan yang terlalu sering ini menimbulkan dampak yang signifikan. Bagi siswa, mereka dipaksa untuk terus beradaptasi dengan pendekatan dan materi yang berbeda, tak jarang menimbulkan kebingungan dan kesulitan dalam proses belajar. Guru pun demikian, mereka harus berjibaku dengan beban administrasi baru, pelatihan yang terkadang minim, dan keharusan untuk terus menyesuaikan metode pengajaran dengan kurikulum yang terus berganti. Alih-alih fokus pada peningkatan kualitas pembelajaran, energi dan waktu guru justru terkuras untuk urusan administratif dan adaptasi kurikulum. Perubahan yang terburu-buru ini juga tidak memberikan ruang yang cukup untuk mengevaluasi efektivitas kurikulum sebelumnya, sehingga kita sulit mengukur apakah perubahan yang dilakukan benar-benar membawa perbaikan yang signifikan.

    Ironisnya, seringkali perubahan kebijakan pendidikan ini minim melibatkan suara dari para pelaku utama di lapangan: guru, siswa, praktisi pendidikan, dan bahkan orang tua. Keputusan strategis yang menyangkut masa depan generasi penerus bangsa seolah-olah hanya dirumuskan di ruang-ruang terbatas tanpa mendengarkan aspirasi dan pengalaman mereka yang berinteraksi langsung dengan proses pembelajaran. Padahal, perspektif dari berbagai pihak ini sangat krusial untuk menghasilkan kebijakan yang komprehensif, realistis, dan implementatif. Kebijakan yang lahir tanpa melibatkan stakeholder berpotensi besar menemui kendala di lapangan, bahkan kontraproduktif terhadap tujuan pendidikan itu sendiri.

    Masalah lain yang tak kalah penting adalah implementasi kebijakan yang seringkali tergesa-gesa dan kurang persiapan. Sebuah kebijakan yang baik di atas kertas belum tentu berjalan mulus di lapangan jika tidak didukung oleh persiapan yang matang. Kita sering menyaksikan bagaimana perubahan kurikulum atau kebijakan pendidikan lainnya diumumkan dan diterapkan dalam waktu yang relatif singkat, tanpa memberikan waktu yang cukup bagi sekolah dan guru untuk memahami, mempersiapkan diri, dan mendapatkan pelatihan yang memadai. Akibatnya, implementasi menjadi setengah hati, sumber daya pendukung kurang memadai, dan tujuan dari kebijakan tersebut sulit tercapai secara optimal.

    Ketidakstabilan dalam sistem pendidikan ini tentu berdampak pada psikologis dan akademik siswa. Mereka yang seharusnya belajar dalam lingkungan yang aman, nyaman, dan terprediksi, justru dihadapkan pada ketidakpastian dan keharusan untuk terus beradaptasi. Perubahan yang terus-menerus dapat menimbulkan stres, kebingungan, dan demotivasi, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi hasil belajar dan perkembangan karakter mereka. Pendidikan seharusnya menjadi wahana untuk menumbuhkan potensi secara optimal, bukan menjadi sumber kecemasan dan ketidakpastian.

    Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menyadari bahwa pendidikan bukanlah arena untuk coba-coba. Setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada kajian yang mendalam, melibatkan seluruh pemangku kepentingan, dan diimplementasikan dengan persiapan yang matang. Proses evaluasi yang komprehensif dan berkelanjutan terhadap setiap kebijakan pendidikan juga menjadi krusial. Perubahan seharusnya didorong oleh hasil evaluasi yang valid dan terukur, bukan sekadar oleh gagasan baru yang belum teruji dampaknya.

    Sudah saatnya kita berhenti menjadikan pendidikan sebagai "kelinci percobaan". Masa depan bangsa ini terlalu berharga untuk dipertaruhkan oleh kebijakan yang terburu-buru dan kurang terencana. Mari kita bersama-sama mengawal kebijakan pendidikan agar lebih stabil, terukur, dan benar-benar berpihak pada kepentingan terbaik siswa dan guru, demi kemajuan generasi penerus bangsa yang kita cintai.

 

Rabu, 25 Desember 2024

KRITIK TERHADAP KAPITALISME (Perspektif Marxisme Dan Alternatif Sosial)

 

KRITIK TERHADAP KAPITALISME

(Perspektif Marxisme Dan Alternatif Sosial)

Oleh 

Akbar Mokodompit

Sumber Gambar : https://mengeja.id/2020/06/25/kritik-marx-terhadap-sistem-ekonomi-kapitalis/


    Kapitalisme, sebagai sistem ekonomi dominan didunia, telah menjadi sasaran kritik tajam dari berbagai sudut pandang. Salah satu perspektif yang paling berpengaruh dalam mengkritik kapitalisme adalah marxisme. Karl marx, bersama dengan friedrich engels, mengembangkan teori yang menyoroti ketidaksetaraan sistemik dan konflik kelas dalam kapitalisme. Perspektif marxisme ini menawarkan pandangan kritis terhadap fondasi kapitalisme dan menyajikan alternatif sosial yang berbeda.

           Dalam pandangan marxisme, kapitalisme dianggap sebagai sistem yang mendasarkan diri pada eksploitasi kelas. Marx mengindentifikasi dua kelas utama dalam masyarakat kapitalis: buruh atau proletariat, yang menjual keahlian dan tenaganya untuk upah, dan borjuis, yang memiliki modal dan mempekerjakan buruh untuk mendapatkan keuntungan. Kritik marx terhadap kapitalisme terpusat pada konsep surplus value, dimana nilai tambah yang dihasilkan oleh buruh melebihi upah yang diterimanya. Hal ini menyebabkan akumulasi kekayaan borjuis, sementara buruh terjebak dalam kondisi ekonomi yang sulit.

            Seiring berjalannya waktu, kritik terhadap kapitalisme dari perspektif marxisme telah berkembang untuk mencakup aspek-aspek lain dari sistem ini. Misalnya, teori alienasi marx menyoroti bagaimana pekerja kehilangan kontrol atas produk kerjanya sendiri, measa terasing dari hasil kerja mereka. Alternatif sosial yang diusulkan oleh marxisme adalah masyarakat sosialis dimana alat produksi dimiliki secara kolektif oleh seluruh masyarakat. Marx mengenali bahwa transformasi ini tidak akan terjadi secara damai dan mengajukan konsep revolusi proletariat sebagai langkah menuju perubahan sosial fundamental. Dalam masyarakat sosialis yang diinginkan, keuntungan bersama dan distribusi yang adil akan menjadi landasan, menggantikan sistem kapitalis yang dikeluhkan karena ketidaksetaraan yang mendalam.

            Dalam masyarakat  sosialis yang diinginkan, keuntungan bersama dan distribusi yang adil akan menjadi landasan, menggantikan sistem kapitalis yang dikeluhkan karena ketidaksetaraan yang mendalam. Namun kritik terhadap marxisme juga muncul, baik dalam konteks teori maupun praktik. Beberapa menyoroti kekurangan dalam pengembangan ideologi sosialis konkret dan kegagalan rezim sosialis dibeberapa negara untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu, sambil memahami ketidakadilan kapitalisme,ada kebutuhan untuk  mengeksplorasi alternatif sosial lain yang dapat memberikan solusi yang lebih berkelanjutan.

          Sebagai contoh alternatif sosial, beberapa cendekiawan menyoroti pentingnya ekonomi partisipatif, dimana keputusan ekonomi dibuat secara demokratis oleh seluruh anggota masyarakat. Sistem ini bertujuan untuk mengatasi ketidaksertaan dan konflik kelas dengan memberikan suara kepada semua individu, bukan hanya kepada mereka yang memiliki kekayaan atau modal. Selain itu, pendekatan ekonomi partisipatif menekanka  pentingnya keadilan sosial, keberlanjtan lingkungan, dan kesejahteraan bersama.

         Dengan demikian, kritik terhadap kapitalisme dari perspektif marxisme membawa kita untuk merenungkan tantangan mendalam yang dihadapi oleh sistem ini. Meskipun ada kekurangan dalam implementasi alternatif sosial yang diusulkan, diskusi ini mengingatkan kita akan perlunya eksplorasi konstan terhadap cara-cara untuk meningkatkan sistem ekonomi dan menciptakan masyarakat yang lebih adil dan berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA’

Friedrich, E (2006), Tentang Kapital marx: Perjuangan kaum-buruh terhadap sistem pabrik dan mesin.Bandung: Ultimatus Dan Yayasan AKATIGA.

Firdaus, S (2010), Pemikiran Politik Barat: Sejarah, Filsafat, dan pengaruhnya Terhadap dunia ke-3. Jakarta: Bumi Aksara.

Georg,   L (2010), Dialektika Marxis: Sejarah dan Kesadaran Kelas. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 

 


GENERASI MUDA ADALAH ASET BESAR DALAM MEMBANGUN JATI DIRI BANGSA

 Oleh 

Nirma R. Bioto

    Dewasa ini, ketika kita melihat kembali perjuangan bangsa indonesia dalam merebut kemerdekaan tidak lepas dari peran penting para pemuda kita. Mulai dari berdirinya organisasi budy utomo pada 20 mei 1908 dan terjadinya peristiwa sumpah pemuda pada 28 oktober 1928. Dari situlah pemuda kita telah berhasil membangkitkan semangat rakyat indonesia untuk terus berjuang dalam merebut kemerdekaan yang telah diidamkan oleh seluruh rakyat indonesia. Sampai pada akhirnya perjuangan itu membuahkan hasil yang ditandai pembacaan proklamasi Kemerdekaan Negara Republik Indonsia yang dibacakan oleh proklamator kita yaitu i.r soekarno dan mohammad hatta pada 17 agustus 1945. Namun meskipun kemerdekaan telah diraih, tantangan di masa ini tidak terhenti.      

            Di era globalisasi saat ini kita dihadapkan dengan berbagai tantangan, di mana bangsa ini mulai kehilangan jati dirinya, deangan adanya korupsi yang semakin menggurita baik dari kaum pengusaha dan kaum politik pada tingkat pusat, daerah, hingga di desa-desa ketika tidak ada tanda-tanda perbaikan, perilaku wakil rakyat yang seharusnya peduli ternyata  melupakan aspirasinya, terpurukya moral, terjadinya krisis keteladanan, maraknya tindakan kekerasan, arogansi, anarkhisme dan sejenisnya, semakin mengkhawatirkan. Demikian pula keamanan mulai rapuh, persaudaraan mulai memudar serta konfilk terus berkepanjangan dan entah sadar atau tidaknya aset-aset kekayaan bangsa dikuasai pihak asing dengan dalih kesejahteraan. Begitu pula dengan pemuda yang dimana adalah penggerak perubahan, namun kenyataanya gambaran pemuda saat ini adalah penuh dengan dinamika, tantangan serta harapan karna mereka hidup diera yang mana menawarkan peluang sekaligus tantangan baru yang muncul dalam bentuk arus informasi global, budaya asing, dan teknologi yang memengaruhi cara hidup generasi muda. Sehingga dapat memunculkan ancaman terhadap jati diri bangsa jika tidak disikapi dengan bijaksana. 

            Indonesia adalah negeri kita, bangsa kita, tanah kita oleh karnanya bangsa ini adalah tanggung jawab kita bersama, kita tidak boleh membiarkan masa depan dan keutuhannya terancam, kita tidak boleh lengah dalam menjaga kedaulatan bangsa dan martabat negeri. Sebagai bagian dari bumi pretiwi ini kita tidak bisa tinggal diam membiarkan identitas dan kekayaan budaya kita terkikis, hilang dan lenyap di lahap masa untuk itu generasi pemuda harus ikut serta dalam menjaga integritas negeri ini.

            Pemuda sebagai tongkat estafet bukan sekedar penerus. Ditangan pemuda mimpi bangsa tidak hanya angan-angan, tetapi menjadi langkah nyata menuju perubahan, dengan hasrat untuk mencapai kemerdekaan. Tentunya kita seabagai pemuda harus senantiasa mengimplementasikan nilai-nilai luhur agama dan nilai mancasila disetiap proses pembelajaran yang akan mengantarkan kita pada kesempurnaan antara dialektika dengan diri sendiri dan ralitas kehidupan. Selain dari pada itu generasi mudah menjadi peran penting dalam menentukan perkembangan suatu bangsa dan negara. Karena kalau bukan pemuda lalu siapa lagi?. Pemuda pada hakekatnaya adalah pelopor serta penegak tongkat peradaban bangsa dan negara, bungkarno pernah berkata “Berikanlah aku seribu orang tua niscaya akan aku cabut semeru dari akarnya dan berikan aku sepuluh pemuda niscaya akan aku guncangkan dunia” dari pesan itu kita seharusnya menyadari bahwa pemuda sangatlah berperan penting. Lalu peran seperti apa yang seharusnya dilakukan oleh pemuda kalau bukan sebagai pembela negara untuk apa pemuda menjadi aktor dalam implementasi dan kontribusi bangsa kalau bukan sebagai bentuk cinta terhadap bangsa dan negara.

 


Pendidikan Karakter

 Oleh

Safrin Lamusrin

Pengertian Karakter

         Karakter adalah seperangkat sifat yang selalu dikagumi menjadi tanda-tanda kebaikan, kebajikan dan kematangan moral seorang. Secara etimologi, istilah karakter asal dari bahasa Latin character, yang berarti tabiat, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian serta akhlak. menurut W.B. Saunders, (1977: 126) menyebutkan bahwa karakter adalah sifat nyata serta tidak sinkron yg ditunjukkan sang individu, sejumlah atribut yg bisa diamati di individu.

          Wyne berkata bahwa karakter yaitu menandai bagaimana cara memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laris. oleh karena itu seseorang yg berperilaku tidak amanah, kejam atau rakus dikatakan menjadi orang yang berkarakter buruk , sementara orang yg berprilaku jujur, senang menolong dikatakan menjadi orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat kaitannya menggunakan personality (kepribadian) seorang.

Fungsi Karakter. 

  1. Fungsi Pembentukan Dan Pengembangan, Pendidikan karakter mempunyai fungsi sebagai pembentukan dan pengembangan potensi, hal ini berarti peserta didik mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya untuk berpikir baik, berhati nurani yang baik , dan berperilaku baik serta berbudi pekerti yang luhur.
  2. Fungsi Untuk Penyaring.  Pendidikan karakter juga berfungsi sebagai filter, sehingga masyarakat dapat memilih dan memilih budaya negara mereka sendiri. Diharapkan bahwa karakter pendidikan akan membantu menyaring budaya asing yang tidak sejalan dengan prinsip karakter, serta budaya Indonesia yang berbudi pekerti luhur.
  3. Penguatan Dan Perbaikan.  Pendidikan karakter mempunyai fungsi sebagai penguatan dan perbaikan, hal ini berarti sistem pendidikan ini berfungsi untuk memperbaiki serta menguatkan peran baik individu, keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah.

Tujuan Karakter. 

  Pendidikan karakter untuk memfasilitasi sosialisasi karakter yang harus dimiliki setiap orang agar mereka dapat memberikan manfaat yang paling besar bagi lingkungan sekitar mereka. Berikut adalah beberapa tujuan pendidikan karakter umum:

  • Mengetahui berbagai karakter baik manusia.
  • Memahami sisi baik menjalankan perilaku berkarakter.
  • Dapat mengartikan dan menjelaskan berbagai karakter.
  • Menunjukkan contoh perilaku berkarakter dalam kehidupan sehari-hari.

Nilai-Nilai Dalam Karakter. 

  1. Religius, Diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan lain.
  2. Nasionalis, Ditunjukkan melalui apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku, dan agama.
  3. Integritas, Meliputi sikap tanggung jawab, konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran, menghargai martabat individu, serta mampu menunjukkan keteladanan.
  4. Mandiri, Pembelajar sepanjang hayat, mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi, dan cita-cita.
  5. Gotong royong, Diharapkan peserta didik menunjukkan sikap menghargai sesama, dapat bekerja sama, inklusif, tolong menolong, memiliki empati dan rasa solidaritas.

Daftar Pustaka.

https://hukum.uma.ac.id/2021/12/03/apa-itu-pengertian-karakter/

https://www.bola.com/ragam/read/4955535/pengertian-pendidikan-karakter-menurut-para-ahli-fungsi-tujuan-dan-nilainya?page=4 

https://www.liputan6.com/hot/read/5294359/tujuan-pendidikan-karakter-di-indonesia-dan-nilai-nilai-yang-harus-diajarkan?page=3 

Strtegi Guru PPKn Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo

 Oleh Safrin Lamusrin

Guru memainkan peran yang sangat kompleks dalam pembelajaran di dalam kelas, guru mempunyai tugas sebagai managerial dan bukan saja sebagai pendidik atau pengajar, maksudnya adalah guru sebagai managerial atau pemimpin adalah menenteukan ritem alur jalannya suatu prises pembelajaran di dalam kelas. Guru juga dituntutut untuk menciptakan iklim yang sejuk di dalam kelas seperti menentukan strategi pembelajaran yang digunakan oleh pendidik akan peserta didik tidak bosan di dalam kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Oleh karena itu perlukannya strategi pembelajaran yang menarik dan bervariasi di dalam kelas agar peserta didik tidak mudah bosan sehingga menciptakan kebetahan di dalam kelas. Setiap orang memiliki cara belajar yang berbeda, jadi strategi pembelajaran bertujuan untuk membuat proses belajar lebih mudah dan efisien. Menurut Menurut J. R David dalam (Wijoyo & Haudi, 2021) menjelaskan Strategi pembelajaran adalah rencana yang mencakup kumpulan aktivitas atau langkah-langkah yang dirancang secara sistematis untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan. Dalam hal ini, strategi pembelajaran tidak hanya mencakup metode atau teknik yang digunakan dalam proses pengajaran, tetapi juga mencakup cara untuk meningkatkan motivasi siswa, membuat lingkungan belajar yang efektif, dan memilih materi yang tepat untuk tujuan pembelajaran.

            Pendidik menggunakan strategi pembelajaran, sebuah rencana atau pendekatan yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan cara yang efektif dan efisien. Strategi ini sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, mengarahkan peserta didik untuk mencapai kemampuan yang diinginkan, dan memastikan bahwa proses pembelajaran berjalan dengan baik. Strategi pembelajaran yang baik membantu siswa memahami materi dengan lebih baik. Dengan menggunakan pendekatan yang tepat, seperti diskusi, demonstrasi, atau penggunaan teknologi, siswa dapat lebih mudah memahami konsep yang diajarkan. strategi pembelajaran memegang peranan penting dalam pembelajaran selain keterampilan guru dalam mengelolanya di kelas. Peranan strategi pembelajaran terlihat dari status siswa dalam pembelajaran yang semakin fokus(Adha et al., 2024).

            Temuan menunjukkan bahwa strategi guru PPKn dalam proses pembalajaran sangatlah berfariasi, temuan ini didapatkan berdasarkan observasi awal dan wawancara yang dilakukan oleh beberapa siswa, temuan menunjukkan bahwa model pembelajaran yang digunakan oleh guru PPkn adalah Problem Based Learning, dan Kooperatif Learning dengan metode ceramah dan disekusi. Peserta didik paling banyak mengkaji isu-isu yang kemudian di presentasikan dan di diskusikan di dalam kelas.

            Dalam proses pembelajaran Guru PPKn menggunakan media proyektor untuk menampilkan materi, Peserta didik diperintahkan untuk membuat Power point menggunakan aplikasi canva ata semacamnya untuk membuat Power Point yang kemudian ditampilkan melalui proyektor. lanjutnya  pembuatan tugas berikutnya bukan hanya power point menggunakan aplikasi canva melainkan pembuatan poster yang berkaitan dengan mater, penggunaan Google Drive menjadi media  bantu untuk mengumpulkan tugas poster.

            Selain tugas Power Point, Poster, pembuatan video yang membahas tentang materi menjadi tugas untuk peserta didik yang harus dikerjakan, dalam penyerahan tugas video ini, guru PPkn memanfaatkan aplikasi Instagram untuk peserta didik menguplod tugas mereka di akun instagram masing-masing dengan meneyebutkan akun guru PPkn.

            Berdasarkan temuan-temuan tersebut memperlihatkan bahwa guru PPKn menggunakan model pembelajaran yang bervariasi, tugas yang menarik dan penggunaan media sosial, google Drive untuk keberlangsungan dalam proses pembelajaran ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran sangat penting dilakukan untuk membangkitkan gairah semangat peserta didik. Pembelajaran yang dirancang dengan baik dapat membuat siswa lebih termotivasi. Pendekatan seperti pembelajaran berbasis proyek, diskusi kelompok, atau pembelajaran berbasis masalah dapat membuat siswa lebih terlibat dalam kelas. Siswa akan lebih termotivasi untuk belajar jika mereka melihat relevansi materi dengan kehidupan mereka dan merasa terlibat secara aktif.

            Seperti yang kita ketahui, motivasi belajar memberikan pengaruh yang sangat signifikan bagi hasil kegiatan pembelajaran dan hasil belajar siswa. Untuk itu pentingnya meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga berbagai aspek dapat dicapai dengan maksimal. menentukan strategi yang tepat, tentunya akan membuat motivasi pada siswa menjadi lebih tinggi, dengan guru yang menciptakan suasana belajar yang menarik sesuai dengan materi yang akan diberikan, Tetapi sebelum itu, langkah awal yang perlu dilakukan adalah pada bagian kegiatan awal yang perlu dilaksanakan dengan menarik sehingga akan memberikan motivasi pada siswa untuk belajar (Ningsih, 2023).

Jumat, 20 Desember 2024

SELF-LOVE DAN SELF CARE : MENGAPA KEDUANYA PENTING DI ZAMAN SEKARANG

 Oleh : Yati Riskia Sari Ar, asmal, Sri Widyawati Yunus, Naila Langi, Murhima A. Kau

Ilustrasi Gambar
Sumber Gambar : https://pixabay.com/id/images/search/self%20care/

Di tengah dinamika zaman modern, tantangan kesehatan mental seperti stres, kecemasan, dan burnout semakin meningkat. Self-love, yang melibatkan penerimaan diri dan empati terhadap diri sendiri, serta self-care, berupa aktivitas yang mendukung kesejahteraan fisik dan mental, menjadi esensial untuk menghadapi tuntutan ini.

Di era modern, standar kecantikan dan produktivitas terus meningkat, baik melalui media sosial maupun lingkungan profesional. Standar ini seringkali menyebabkan individu merasa tidak cukup baik, baik secara fisik maupun psikologis, yang memicu insekuritas dan stres berlebihan. Self-love dan self-care menjadi solusi utama untuk menghadapi tantangan ini. Self-love membantu individu menerima dirinya secara utuh, termasuk kekurangan dan kelebihan, sehingga mengurangi insekuritas. Self-care, di sisi lain, adalah langkah proaktif untuk menjaga keseimbangan fisik, mental, dan emosional, terutama bagi mereka yang menghadapi tekanan profesional.

Artikel ini disusun berdasarkan tinjauan pustaka dari dua jurnal penelitian, seperti penelitian tentang dampak self-love terhadap  yaitu kesehatan mental dan evaluasi psikometrik alat ukur self-care. Data tambahan diperoleh melalui analisis studi kasus praktis dan wawancara dengan individu yang mempraktikkan self-care secara konsisten

Penelitian ini menggunakan dua pendekatan

1.     Pendekatan Eksperimen (Self-Love pada Remaja)

Bersubjek pada Tujuh mahasiswi berusia 18–20 tahun. Dengan metode Pretest-posttest dengan intervensi berupa permainan “Women’s Circle Forum,” sesi berbagi, dan menonton video motivasi. Tujuan penelitian ini Mengukur pengaruh self-love terhadap insekuritas akibat persepsi negatif terhadap body image.

2.     Pendekatan Systematic Literature Review (Self-Care pada Profesional)

Data 25 artikel yang membahas self-care dan kesejahteraan psikologis.  analisis isi untuk memahami bagaimana self-care diterapkan dalam kehidupan profesional dan dampaknya terhadap kesejahteraan psikologis.

Self-Love, Meningkatkan kepercayaan diri, mengurangi self-criticism, dan memotivasi individu untuk membangun batasan yang sehat. Hal ini berdampak positif pada pengelolaan stres dan hubungan sosial yang lebih baik. Self-Care, Aktivitas seperti mindfulness, olahraga, dan pengaturan tidur efektif dalam menurunkan stres dan meningkatkan keseimbangan emosi

1.     Self-Love pada Remaja

Intervensi berhasil meningkatkan self-love dan mengurangi insekuritas pada lima dari tujuh partisipan. Responden melaporkan peningkatan kepercayaan diri dan penerimaan terhadap body image mereka setelah sesi berbagi dan pemutaran video motivasi.

2.     Self-Care pada Profesional

Analisis literatur menunjukkan bahwa self-care berkontribusi signifikan dalam mengurangi stres dan burnout, serta meningkatkan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional. Aktivitas self-care dibagi menjadi dua yaitu Personal self-care yang meliputi Olahraga, meditasi, dan kegiatan sosial.

 

Pentingnya Self-Love, Konsep ini melibatkan penerimaan diri tanpa syarat dan pengembangan dialog internal yang positif. Self-love membedakan antara kepedulian terhadap diri sendiri dan egoisme, menjadikannya landasan untuk membangun relasi yang sehat dengan orang lain.

Sedangkan Praktik Self-Care, Menjaga kesehatan melalui kebiasaan sehari-hari yang dirancang untuk mengurangi stres, seperti meditasi dan waktu untuk diri sendiri. Penelitian menunjukkan bahwa konsistensi dalam praktik ini dapat meningkatkan kesejahteraan secara signifikan

Kedua penelitian menyoroti peran penting self-love dan self-care dalam menghadapi tantangan zaman modern.

1.     Self-love memberikan dasar bagi individu untuk menerima dirinya, mengurangi insekuritas yang sering dipicu oleh tekanan sosial.

2.     Self-care, terutama pada profesional, membantu mencegah kelelahan dan mempertahankan kesejahteraan psikologis dalam jangka panjang.

Kombinasi kedua pendekatan ini penting untuk menjaga kesehatan mental di tengah tekanan sosial dan profesional yang terus meningkat. Dukungan berupa program edukasi dan pelatihan terkait self-love dan self-care sangat diperlukan, terutama di kalangan remaja dan pekerja profesional.

 

KESIMPULAN 

Self-love dan self-care adalah elemen krusial dalam menjaga keseimbangan hidup di era modern. Praktik ini tidak hanya mendukung kesehatan mental tetapi juga berkontribusi pada keberlanjutan hubungan interpersonal yang positif. Dengan adopsi kebiasaan ini, individu dapat membangun kehidupan yang lebih sehat dan bermakna.

Self-love dan self-care adalah dua konsep yang saling melengkapi untuk mencapai kesejahteraan psikologis di era modern. Peningkatan kesadaran dan penerapan keduanya dapat membantu individu mengatasi insekuritas dan tekanan dalam kehidupan pribadi maupun profesional. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi dampak kedua konsep ini pada kelompok yang lebih beragam.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Faradila Putri 1, Audita Firlly2, Rafifah Suhardi3, Rismaida Napitupulu4. Self Love Untuk Mengurangi Insecurty Terhadap Negative Body Image. Jurnal Ilmiah Zona Psikologi Volume xx Nomor xx Juni 2023

Syifa Fauza, Ribut Purwaningrum, Adi Dewantoro Implikasi Self-Care untuk Psychological

Well-Being Pada Professional Helper. Jurnal Psikoedukasi dan Konseling Vol 6, No.

2, Desember 2022 Tersedia Online di http://jurnal.uns.ac.id/jpk ISSN 2580-4545 (online) http://doi.org/10.20961/jpk.v6i2.67155.

 


Mengapa Rapat Organisasi Anda Seperti Drama Tanpa Akhir ?

By Safrin Lamusrin, Yasrin A. Abas, & Umar Rahman Dok. HMJ IHK-PPKn      Mengapa Anda memiliki rapat organisasi yang terlihat seperti si...