Sabtu, 02 Agustus 2025

Langkah Kecil, Mimpi Besar: Kisah Perjuangan Rumiati

 By. Rumiati A. Ismail


Foto : Rumiati A. Ismali

Namaku Rumiati A. Ismail. Aku lahir di sebuah desa kecil di Kabupaten Buol, Provinsi Sulawesi Tengah, pada 20 April 2006. Aku adalah anak perempuan pertama dari empat bersaudara, dengan tiga adik laki-laki. Aku dibesarkan oleh seorang ibu hebat yang mengajarkanku arti ketulusan, dan seorang ayah yang diam-diam memendam lelahnya demi melihat kami, anak-anaknya, hidup bahagia.

Sejak kecil, aku memiliki mimpi besar, meski tumbuh di lingkungan dan keluarga yang serba terbatas. Sebagai anak pertama, aku sadar memiliki tanggung jawab untuk menjadi teladan bagi adik-adikku. Kesadaran itu menguatkanku untuk berjuang lebih keras, mengubah keadaan, dan menghadiahkan kehidupan yang lebih baik bagi orang tuaku dan adik-adikku.

Mimpiku sederhana: menjadi sarjana pertama dalam keluargaku dan membanggakan orang tuaku. Aku ingin membuktikan bahwa anak desa sepertiku juga bisa sukses dan mengubah nasib melalui pendidikan. Bagiku, kuliah bukan sekadar belajar, tetapi perjalanan panjang tentang perjuangan dan harapan.

Namun, jalan menuju mimpi itu tak selalu mulus. Aku tahu kondisi keluargaku mungkin tak mampu membiayai pendidikanku, melihat bagaimana kedua orang tuaku sudah berjuang keras hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tapi aku meyakinkan diriku bahwa mimpi ini layak diperjuangkan, apa pun rintangannya.

Beasiswa menjadi jawaban dari usaha dan doa yang tak pernah berhenti kupanjatkan. Dengan beasiswa, aku bisa melanjutkan pendidikan dan melangkah lebih dekat menuju mimpiku. Aku sadar, ini bukan hanya tentang diriku, tetapi tentang harapan besar kedua orang tuaku.

Kini aku melangkah setahap demi setahap, menempuh pendidikan di Universitas Negeri Gorontalo kampus yang menjadi impian banyak orang. Hidup di kota orang mengajarkanku banyak hal: tentang rindu yang terus menggantung pada keluarga, dan tentang belajar mandiri menghadapi segala keterbatasan. Aku percaya, selama ada usaha, doa orang tua, dan hati yang kuat, jalan menuju mimpi itu akan selalu ada.

Menjadi anak perempuan pertama mengajarkanku untuk tumbuh lebih kuat sebelum waktunya dan dewasa sebelum semestinya. Di tengah segala keterbatasan, aku menggenggam satu mimpi sederhana: menjadi sarjana pendidikan pertama dalam keluargaku. Bukan sekadar meraih gelar, tetapi untuk membuktikan bahwa anak dari keluarga sederhana juga layak berdiri dengan bangga di hadapan orang tuanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

79 Tahun Merdeka: Milik Rakyat atau Penguasa?

  By Akbar Mokodompit  Gambar Dihasilakan oleh AI  Indonesia berusia 79 tahun. Tapi pertanyaan mendasar tetap menggantung: kemerdekaan ini m...